Thursday, March 12, 2009

Anak-anak itu


Anak-anak yang membawa ukulele itu bertelanjang kaki
menapaki lantai bis kota atau kopaja
Dari perempatan lampu merah ke perempatan lampu merah lainnya
Sembari bercanda, mereka bernyanyi seadanya...
Bahkan terkadang tak terdengar sebagai sebuah nyanyian...
Berharap ada penumpang yang punya sisa uang kembalian untuk dimasukkan
dalam kantong plastik bekas permen atau amplop kecil putih yang diedarkan

Di lampu merah mereka bertepuk tangan di balik kaca-kaca mobil yang 'dingin'
Berharap ada yang mau menurunkan jendela dan memberikan sedikit uang receh
untuk mereka makan.

Dalam gendongan ibunya, bayi itu menyusu dan terkantuk-kantuk
Sambil dibuai nyanyian sumbang sang ibu yang diiringi bunyi krecekan
serta teriakan kondektur di atas bis kota.
Dilelapkan oleh harapan sang ibu agar ada penumpang yang berbelas kasih
melihat bayi dalam gendongannya.

Anak-anak itu tak seharusnya ada di sana.......
Tak seharusnya ada di perempatan lampu merah
Tak seharusnya bernyanyi di atas bis kota
Tak seharusnya mencari nafkah
Tak seharusnya kelaparan
Tak seharusnya dieksploitasi

Anak-anak itu seharusnya ......
Bukan........
Kita seharusnya mengubah keadaan.....
Saya!!! seharusnya dapat melakukan sesuatu....

2 comments:

  1. That's a statement Audi !!
    And I much agree

    The simplest thing is donation to the foundation that provide scholarship for those who need. One person one child. Or two, may be. Thanks to God, he allows me to have spare to do so.

    Advance thing is inviting another person to do so, like I do now :-)

    Or even, collaborate to establish one. If God allows me, give more fortune and friend with the same vision, I would.

    A real act, does help

    ReplyDelete
  2. @ Ronin : I have been donating to a school for mental deficiency. But I just think that donating is just not enough....
    I must do something...more effective...
    Just dunno how to start.

    ReplyDelete