Friday, June 5, 2009

Sudah pantaskah kita untuk geram?


Saat saya mendengar tentang kasus Lapindo yang tak kunjung ada solusinya... membayangkan betapa tersiksanya ibu-ibu, bapak-bapak dan terutama anak-anak yang tinggal di pengungsian...geram rasanya hatiku terhadap pengusaha tidak bertanggung jawab yang merampas hak "hidup layak" masyarakat di sekitar Lapindo itu. Kalau Anda?


Saat saya mendengar tentang kasus penganiayaan tenaga kerja kita di negara tetangga... membayangkan betapa tak berdayanya manusia-manusia yang berjuang mencari nafkah di tempat yang jauh tersebut ... geram rasanya hatiku terhadap para majikan yang merampas hak "hidup tanpa disakiti" wanita-wanita yang sejak subuh melayani rumah tangga mereka. Kalau Anda?


Saya boleh geram... Anda boleh geram... karena kasus-kasus tersebut memang merupakan contoh perampasan hak yang paling mendasar. The thing is... apa yang bisa kita lakukan? Apakah merasa geram saja sudah cukup?


Mungkin ini memang hanya alur berpikir saya...'saya melihat kejadian... kemudian saya berkaca'. Saya memang tidak bisa melakukan apa apa untuk membantu semua korban lumpur lapindo supaya bisa mendapatkan kehidupan yang layak dan nyaman. Saya juga tidak bisa menampari para majikan kurang ajar di negara tetangga karena memperlakukan pembantunya secara tidak manusiawi. Maka saya hanya bisa berbuat 'memastikan diri untuk tidak melakukan perampasan hak orang lain'.


Mari kita sama sama berkaca:

Apakah saya pernah menyerobot tempat parkir orang lain?

Apakah saya pernah 'lupa' membayar ongkos bis saat lagi ramai-ramainya?

Apakah saya pernah menyerobot antrian taxi saat hendak pulang dari mal?

Apakah saya pernah terlambat membayar gaji 'mbak' di rumah?

Apakah saya tidak mematikan atau men-silent telepon selular kita saat sedang dalam sebuah pertemuan penting supaya suaranya tidak mengganggu konsentrasi orang lain?

Apakah kita sering mencuri waktu kerja untuk hal-hal pribadi?

Apakah listrik di rumah adalah hasil colongan?

Apakah kita mengambil hasil karya orang lain dan mengaku sebagai karya pribadi?


Jika jawabannya adalah 'iya'...mari kita lupakan dulu kegeraman terhadap orang lain yang kita rasa merampas hak sesamanya... karena kita adalah salah satu dari mereka.