Monday, January 5, 2009

Mereka punya cinta


Pasangan itu telah menikah dan hidup bersama selama 40 tahun lebih. Aku tak tahu tepatnya empat puluh berapa : yang jelas putri pertama mereka telah berusia 40 tahun. Kedua sepuh itu masing-masing berusia 66 tahun, tetapi si lelaki terlihat lebih tua dan rapuh dibandingkan yang wanita. Namun tak pernah sekalipun mereka tak pergi berdua-dua.

Sang wanita telah sibuk sejak fajar mengintip : mempersiapkan ramuan jus kentang dan apel untuk si lelaki – ramuan yang dipercaya dapat membantu mempertahankan fungsi ginjal si lelaki yang saat ini hanya mencapai 35% fungsi normal. Setelah itu ia akan pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan untuk memasak. Saat ia kembali, ia akan melayani si lelaki, suaminya, sarapan.

Tak banyak kegiatan yang dapat dilakukan di saat seseorang sudah tua dan pensiun. Mereka ditinggal kerja oleh putra putri mereka. Hanya televisi yang bisa menjadi sumber penghiburan dan alat untuk tetap mempertahankan kewarasan mereka. Tetapi si wanita selalu dapat menemukan apa saja untuk dikerjakan selain duduk duduk di rumah menonton program TV yang menjemukan. Ia berjalan ke rumah salah satu keluarga dekat untuk mengobrol…dia bahkan berani mengendarai mobil yang memang sengaja ditinggalkan oleh anak mereka jika dibutuhkan. Dia mencoba naik feeder busway ke arah Pasar Baru dan menjemput adiknya untuk menginap di rumah. Dari kejauhan, si wanita terlihat seperti anak gadis yang masih sibuk berlari ke sana ke sini tanpa lelah.

Sejak dulu memang wanita itu tak bisa diam. Sejak usia sangat muda dia telah bekerja keras demi melanjutkan sekolah. Sepulang sekolah ia menjual kue buatan ibunya dengan berjalan kaki (omong-omong…dia memiliki 9 saudara kandung). Ketika ia lebih dewasa sedikit, ia belajar menjahit untuk mencari nafkah. Namun di sela sela semua pekerjaan dan kesibukan itu, ia tetap juara di kelasnya.

Lulus SMP, ia berangkat ke Jakarta dengan uang sekedarnya – belajar di sekolah guru yang setingkat dengan SMA saat ini - menempuh berpuluh puluh kilometer setiap harinya dengan berjalan kaki. Cerita ini aku dapatkan ketika ia menunjuk setiap tempat bersejarah baginya.

Selepas sekolah, ia kembali ke kampung halaman untuk mengajar bahasa Mandarin di sebuah sekolah. Di sana dia bertemu dengan lelaki yang kemudian menjadi suaminya. Dan itulah awal cerita mereka.

Si lelaki berasal dari keluarga yang cukup mampu – meski tidak terlalu kaya. Ia adalah putra tertua dari keluarga besar (juga 10 bersaudara) itu. Meskipun orangtuanya terbiasa memanjakannya, dia tetap memiliki pendirian teguh dan rajin berusaha. Satu kualitas utama dari dirinya adalah kejujuran. Lelaki ini juga bersekolah di sekolah guru – bidang utamanya adalah matematika. Selepas sekolah, nasib mempertemukan dia dengan wanita yang akan menjadi teman hidupnya hingga saat ini.

Baru mengajar 1 tahun, G30S-PKI pecah – dan komunisme diberantas. Dipercaya saat itu, komunisme bersumber dari RRC. Sebagai akibatnya, semua yang berbau Cina harus diberantas – terutama sekolah Cina… tempat kedua orang itu mengajar. Hancurlah semua cita-cita dan pengharapan yang pernah ada.

Maka si wanita melanjutkan bakatnya yang sudah ada sejak lama – menjahit. Sementara si lelaki mencoba peruntungan dengan bekerja pada seorang tuan tanah yang memiliki usaha di bidang perkayuan. Lelaki itu keluar masuk hutan – tetapi fisiknya tak menunjang. Ini sebenarnya berkah, karena dengan mundur dari profesi itu, ia sebenarnya sedang menyambut masa depan yang lebih cerah. Lelaki itu jatuh sakit dan tak lain yang kemudian merawatnya adalah si wanita penjahit itu. Setelah pulih, lelaki itu pergi keluar kota – bukan untuk meninggalkan wanita yang telah berjasa baginya – ia belajar menjahit!!! Bayangkan betapa manusia-manusia generasi itu memiliki tekad sekuat baja untuk mencari nafkah.

Setelah punya keahlian, ia kembali bersama dengan wanita itu, menikah dan membuka usaha menjahit bersama. Dimulai dengan perlahan-lahan, sehingga akhirnya mereka dipercaya untuk menjahit seragam untuk pegawai PN Timah yang masih berjaya saat itu. Dimulai dengan berdua kemudian mulai merekrut pegawai tambahan demi memenuhi order.

Tetapi beberapa tahun kemudian usaha jahit menjamur di mana mana. Semua orang tiba-tiba menggandrungi usaha jahit menjahit ini. Saingan pun bermunculan bak jamur di musim hujan. Pasangan suami isteri ini bertatapan dan memutuskan untuk mencari mata pencaharian lain. Bayangkan… di saat buku yang membahas tentang Red Ocean dan Blue Ocean masih jauh berada di dunia lain, mereka telah mengerti konsep tersebut. Mereka memutuskan untuk melompat dari Red Ocean dan memilih hidup baru di Blue Ocean.

Meski tak bermodal ijazah S-1, mereka punya insting bisnis yang sangat tepat dan membuka sebuah toko bangunan kecil di muka rumah. Dan setelah berpuluh tahun – usaha itu tetap menjadi blue ocean. Hanya ada segelintir orang yang membuka toko bangunan di kota itu.

Sekarang sudah puluhan tahun pula mereka menggantungkan hidup dari toko tersebut. Dari toko itu pula mereka menyekolahkan 5 anak mereka – hanya 2 yang berhasil menyelesaikan jenjang perguruan tinggi. Anak terkecil mereka saat ini berusia 20 tahun – hanya dia saja yang belum menikah. Cucu mereka sudah ada 9 dan 1 lagi sedang menunggu waktunya. Sudah saatnya beristirahat. Dan pada saat inilah arti ‘teman hidup’ menjadi sangat mendalam.

Aku tak dapat membayangkan jika lelaki itu tak memiliki wanita kuat itu di sampingnya. Wanita yang selalu siap sedia melayaninya, memberikan bahunya untuk ditumpangkan - begitu pula ketika harus menuruni tangga – sang wanita akan menggandeng lengan si lelaki… bukan karena takut ketinggian…tetapi untuk menghindarkan si lelaki dari tersandung dan jatuh tergelincir. Wanita itu selalu mengurusinya dengan baik di saat dia sakit. Wanita itu pula yang menjadi juru bicara lelaki itu, karena dengan tak melebih-lebihkan…kalimat yang diucapkan lelaki itu dalam setahun benar benar dapat dihitung dengan mudah.

Namun aku tak bisa berkata bahwa lelaki itu lebih diuntungkan dalam perkawinan mereka… Tidak… wanita itu akan kehilangan makna hidupnya jika tak ada lelaki yang harus ia layani. Karena suaminya, ia mengomel dan berkicau sepanjang hari – tetapi itulah yang memberinya energy untuk tetap hidup: Ada seseorang yang membutuhkannya – di saat anak-anaknya telah dewasa dan membentuk keluarga sendiri… apa lagi yang dapat ia lakukan?

Pasangan itu telah lama hidup bersama – mungkin mereka menggeleng-gelengkan kepala saat mendengar acara gosip yang menampilkan kebiasaan kawin-cerai yang dilakoni para selebriti tanah air ini. Pasangan itu telah menjalani hidup bagai perahu karet dalam arung jeram .. yang terbentur bentur dengan batu dan menghadapi arus deras –namun mereka tetap bersama. Pasangan itu punya cinta – dan aku percaya atas dasar itulah aku lahir ke dunia.

2 comments:

  1. sungguh luar biasa..pasti,kisah ini sangat langka di bumi ini jika ini benar2 kisah nyata..apakah kita sanggup menirunya??

    ReplyDelete
  2. so true... it's so true!!! Ceritanya sekarang berkembang.....si lelaki harus menjalani cuci darah 2x seminggu....dan si wanita telah menjadi pengasuh purnawaktu bagi si lelaki.......

    ReplyDelete